Senin, 05 Agustus 2013

KRITIK TERHADAP PUISI CHAIRIL ANWAR BERJUDUL KRAWANG BEKASI

KRITIK TERHADAP PUISI CHAIRIL ANWAR BERJUDUL KRAWANG-BEKASI


 OLEH
KELOMPOK 7

1. MUH. ILHAM MATTULADA
2. ANDI NURAENI DJAYA
3. NURDIA LEK.
4. IRMAYANTI
5. EVA ASRIANA
6. HARIYANTI
7. HARMIATI D.
8. JUSRAWATI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS 19 NOVEMBER
KOLAKA
2012

ABSTRAK


“Analisis Puisi karya Chairil Anwar yang berjudul Krawang-Bekasi”

              Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan sebuah kreasi bukan semata-mata sebuah imitasi. Berdasarkan latar belakang di atas maka kami kelompok VII dapat menuliskan rumusan masalah adalah “Bagaimana puisi dikritik?” Berdasarkan rumusan masalah di atas maka kami dapat menuliskan tujuan yang ingin dicapai pada penulisan makalah ini, yaitu “Untuk mengetahui puisi dapat dikritik.” Puisi pada mulanya berawal dari mantera, yang sering digunakan oleh para terdahulu kita. Mantera ini diciptakan untuk sesembahan kepada dewa-dewa, penyembuhan atau pengobatan, penakluk bala, dan lain sebagainya.





KATA PENGANTAR


            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang memberikan Rahmat, Hidayah, dan Inayah kepada hamba-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan perencanaan.
            Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi penilaian dari dosen mata kuliah Kritik Sastra Bahasa pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas 19 November Kolaka. Makalah ini berjudul Kritikan Puisi karya Chairil Anwar yang berjudul Krawang-Bekasi. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sebagaimana yang diharapkan. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan kami. Mudah-mudahan dengan kekurangan yang ada pada makalah ini dapat menjadi pelajaran pada penyusunan makalah yang berikutnya, sehingga makalah yang berikutnya bisa mendekati kesempurnaan.
            Kami sadar bahwa penulisan makalah ini tidak terselesaikan tanpa kerjasama dari rekan-rekan kelompok VII dan bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan saran-saran dan bimbingan serta petunjuk. Oleh karena itu, kami sampaikan rasa hormat serta terima kasih kami kepada bapak DR. Nur Ihsan HL, M.Hum selaku pembimbing mata kuliah Kritik Sastra dan pihak-pihak lainnya yang membantu.
                                                                                                           
                                                                                                         Kolaka, 25 November 2012
                                                                                                                   

            `                                                                                                      Kelompok VII

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan sebuah kreasi bukan semata-mata sebuah imitasi. Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya suatu media mendayakan yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra dilatarbelakangi adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan ekosistem dirinya.
Untuk masa kini, frekuensi pemakaian kata susastra sudah sangat jarang, kecuali dirangkaiakan dengan imbuhan ke-an yang melahirkan kata kesusastraan. Jadi pengertian susatra umumnya diserap saja dalam kata sastra. Kata kesusastraan mangandung pengertian jamak yaitu sesuatu atau segala sesuatu yang meliputi dan berkaitan dengan masalah-masalah sastra.
Dengan demikian, berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian sastra secara umum ialah semua tulisan atau karangan yang indah, baik isinya maupun manfaatnya, yang arti di dalamnya tercapai keseimbangan antara isinya yang indah yang dapat pula dilahirkan dalam bentuk bahasa yang indah. Meskipun demikian, pengertian di atas belum dapat mewakili makna sastra secara utuh. Definisi sastra yang lebih mudah dipahami ialah, ungkapan perasaan pribadi manusia dalam bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona.
Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa. Jadi, yang termasuk dalam kategori sastra adalah: puisi, novel cerita atau cerpen (tertulis atau lisan), syair, pantun, sandiwara atau drama, lukisan atau kaligrafi.
Secara etimologis kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari kata poesis yang artinya penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan poet atau poem.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka kami kelompok VII dapat menuliskan rumusan masalah adalah:
1. Bagaimanakah puisi Chairil Anwar secara keseluruhan?
2. Bagaimana luapan rasa hati puisi Chairil Anwar?
3. Bagaimanakah imajinasi puisi Chairil Anwar?
4. Bagaimanakah Teknik karyanya puisi Chairil Anwar?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka kami dapat menuliskan tujuan yang ingin dicapai pada penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui puisi Chairil Anwar secara keseluruhan.
2. Untuk mengetahui luapan rasa hati puisi Chairil Anwar.
3. Untuk mengetahui imajinasi puisi Chairil Anwar.
4. Untuk mengetahui Teknik karyanya puisi Chairil Anwar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Puisi

Puisi pada mulanya berawal dari mantera, yang sering digunakan oleh para terdahulu kita. Mantera ini diciptakan untuk sesembahan kepada dewa-dewa, penyembuhan atau pengobatan, penakluk bala, dan lain sebagainya.
Secara etimologis kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya penciptaan. Dalam bahasa Inggris barasal dari poetry yang erat dengan poet dan poem yang artinya mencipta. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986: 4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang artinya membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka dewa-dewa, ia adalah orang yang hampir berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Dari definisi di atas, puisi dapat dimaknai bahwa puisi bermula pada mantera dan seiring perkembangan zaman maka ia berubah makna menjadi suatu penciptaan, mencipta atau membuat yang terdiri dari beberapa unsur. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinasi-imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindra, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-campur.

B. Unsur-unsur Puisi

Secara sederhana, batang tubuh atau isi puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik, bait, bunyi, dan makna. Kalimat unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara singkat biasa diuraikan sebagai berikut:
a. Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi, pemilihan kata yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain;
b. Larik adalah bias berupa satu saja, bias frase, bias pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat bait, tapi puisi baru tak ada batasan.
c. Bait marupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasaya empat buah, tetapi pada puisi baru, tidak dibatasi.
d. Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima adalah bunyi-bunyi yang huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama adalah pergantian tinggi-rendah, panjang-pendek, dan keras-lembut ucapan bunyi.
e. Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bias menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan.

C. Ragam dan Jenis Puisi

Kalau kita melihat ragam dan jenis puisi berdasarkan zaman, maka puisi dibedakan menjadi dua bagian yaitu puisi lama dan puisi baru.
a. Puisi lama
Adapun ciri-ciri puisi lama yaitu:
Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal siapa nama pengarangnya atau anonim.
Disampaikan lewat mulut kemulut (sastra lisan).
Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Yang termasuk puisi lama adalah mantra, pantun, karmina, seloka, gurindam, syair, dan talibun.
b. Puisi baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima. Menurut isinya, puisi baru dibedakan atas:
Balada adalah puisi berisi kisah/cerita;
Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air atau pahlawan;
Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa;
Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup;
Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cintah kasih;
Elegy adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan;
Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik.

D. Biografi Chairil Anwar

Chairil Anwar, anak bungsu dari dua bersaudara, (lahir di Medan, Sumatra Utara, 26 Juli 1922 dan meninggal di Jakarta, 28 April 1949 pada umur 26 tahun dikebumikan di pekuburan Karet) sering dipanggil Ninik oleh keluarganya. (Pendidikan: HIS {Hollandsch-Inlandsche School), MULO {Meer Uitgebreid Lager Onderwijs} merupakan sekolah menengah pertama di Hindia Belanda, tetapi ia keluar sebelum lulus, angkatan ’45), Chairil memiliki karir yang cukup cemerlang, ia pernah bekerja sebagai redaktur Gelanggang (1948-1949), redaktur Gema Suasana (1949). Ayahnya bernama Toeloes, mantan Bupati Kab. Indragiri, Riau, berasal dari Taeh Baruah, Limapuluh Kota, Sumatra Barat. Sedangkan Ibunya bernam Saleha, berasal dari Situjuh, Limapuluh Kota. Ia dikenal sebagai “Si Binatang Jalang” dari karyanya yang berjudul Aku, adalah penyair terkemuka Indonesia. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan ’45 dan puisi modern Indonesia. Karya-karyanya dipengaruhi Rainer M. Rilke, W.H. Auden, Archibald Mac Leish, H. Marsman, J. Skaurhoff, Edgar du Perron.
Chairil hadir pada situasi peralihan yang penuh gejolak. Sebuah transisi dari situasi terjajah manuju kemerdekaan. Penolakan terhadap kolonialisme dan pemikiran dunia yang muncul pada masa Perang Dunia II ikut membentuknya. Surat Kepercayaan Gelanggang merupakan wujud penolakan Chairil dan teman-temannya terhadap pengertian kebudayaan nasional sebagai kegiatan malap-lap kebudayaan lama yang lapuk.
Chairil Anwar menjadi sangat terkenal karena dua hal. Pertama, ia menulis sajak-sajak bermutu tinggi dengan jenis sastra yang menyandang suatu ideologi atau pemikiran besar tertentu seperti perang, revolusi dan sebagainya. Ahli sastra menyebut sastra jenis ini dengan istilah Sastra Mimbar, yaitu jenis sastra yang secara tematis sangat erat hubungannya dengan keadaan dan persoalan zaman. Beberapa karya Chairil Anwar yang termasuk sastra mimbar adalah Aku, Perjanjian Bung Karno, Catatan Tahun 1946, dan Karawang Bekasi. Kedua, ia juga menulis sajak-sajak yang menjadi bahan perenungan yang temanya lebih kepada persoalan-persoalan keseharian. Ahli sastra menyebutnya  Sastra Kamar. Karya Chairil Anwar yang digolongkan kedalam jenis ini adalah Senja di Pelabuhan, Derai-derai Cemara, Penghidupan. Pengolahan bahasa sajak-sajak Chairil sangat khas dan spesifik.
Adapun karya-karyanya adalah:
Pulanglah dia si anak hilang, terjemahan karya Andre Gide;
Kerikil tajam dan yang terhempas dan yang putus;
Deru campur debu;
Tiga menguak Takdir;
Kena gempur, terjemahan karya John Steinbeck;
Aku ini binatang jalang;
Derai-derai cemara;
Karawang-Bekasi;
Dan masih ada lagi beberapa karyanya.
BAB III
PEMBAHASAN


KARAWANG-BEKASI
KARYA: CHAIRIL ANWAR

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan
arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang
berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
EXPLICATION DE TEXTE:
SUATU METODE KRITIK SASTRA


A. Tentang Penulis Karya

Chairil Anwar, anak bungsu dari dua bersaudara, (lahir di Medan, Sumatra Utara, 26 Juli 1922 dan meninggal di Jakarta, 28 April 1949 pada umur 26 tahun dikebumikan di pekuburan Karet) sering dipanggil Ninik oleh keluarganya. Kelincahannya berpikir membuat dia disenangi temannya walau nilai rapornya hanya sedang-sedang saja.
Banyak kalangan yang menilainya sebagai “plagiator”, antara lain karena salah satu sajaknya KRAWANG-BEKASI dianggap jiplakan dari novel karya Archibald Mac Leish yang berjudul THE YOUNG DEAD SOLDIERS. Demikian H.B. Jassin, walaupun dia mengakui itu jiplakan , namun dia tetap mengaguminya sebagai seniman besar. 
Puisi ini tidak jauh beda dengan puisi karya Chairil lainnya. Puisi ini merupakan puisi pembaharuan. Di mana puisi berhubungan dengan perjuangan para pahlawan pada masanya.
Maksud Chairil Anwar pada puisi Krawang-Bekasi adalah, sebagai berikut:
“Pahlawan yang telah gugur dalam peperangan antara Krawang-Bekasi, yang tak mampu lagi berteriak Merdeka dan tak mampu lagi ikut berjuang dalam peperangan. Lalu mereka mempertanyakan, apakah masih ada yang ingin meneruskan cita-citanya untuk memperjuangkan kemerdekaan RI dengan sepenuh hati? Para pejuang itu bicara pada kita semua, generasi muda untuk merenungkan perjuangan mereka. Mereka telah gugur dalam peperang membela negeri ini dari penjajahan namun perjuangannya belum selesai tapi ia telah tiada, maka kita patut untuk mengenangnya, karena mereka tinggal makam dan namanya yang ada serta kita perlu meneruskan perjuangannya. Karena perjuangannya belum selesai namun mereka telah gugur, mereka telah memperjuangkan negeri ini dan mengorbankan jiwa dan raganya. Perjuangannya belum selesai sampai disitu, yang belum bisa dihitung arti banyaknya nyawa yang dikorbankan. Mereka tinggal nama, namun mereka adalah pejuang kita. Sekarang saatnya kitalah yang meneruskan perjuangan mereka tanpa meminta balas budi, atau perjuangan mereka hanya sampai di situ yang belum bisa menyelesaikan penjajahan di negeri ini sepenuhnya.”

B. Karya Secara Keseluruhan

a. Gagasan Pokok dalam Puisi “Krawang-Bekasi”

Para pahlawan kita yang telah melawan para penjajah demi kemerdekaan RI menginginkan kita generasi muda untuk meneruskan perjuangan mereka, karena perjuangan mereka belum selesai. Jangan sia-siakan perjuangan dan harapan mereka terhadap negeri ini.

b. Daftar Kata dan Ungkapan-ungkapan dalam Puisi

Kami yang kini terbaring = pahlawan yang telah gugur;
Angkat senjata lagi = berperang/berjuang;
Deru = seruan;
Berdegap hati = tulus ikhlas/teguh pendirian;
Hening di malam sepi = tak ada suara-suara;
Tinggal tulang diliputi debu = hanya tinggal makam dan nama/harapan;

C. Bagian-bagian Karya

Gagasan pokok dari setiap bagian, yaitu:
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi;
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi;
jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak;
Kami cuma tulang-tulang berserakan.

D. Tingkat Pemikiran Karya

Apakah makna karya sastra itu bersumber pada luapan rasa hati kebenaran atau pemikiran dibalik luapan hati itu?
Ya, karena pengarangnya menciptakan puisi ini berdasarkan perasaannya, dan berdasarkan kebenaran yang terjadi.
E. Luapan Rasa Hati dalam Karya

Apakah luapan rasa hati pengarang itu murni atau berpura-pura?
Luapan rasa hati pengarang sangat murni sesuai dengan apa yang dirasakan pengarang dan realitanya yang dilihat oleh pengarang.
Apakah luapan rasa hati pengarang bersifat perseorangan atau universal?
Luapan rasa hati pengarang bersifat Universal.
Apakah menimbulkan perasaan menyedihkan?
Ya, karena puisi ini berisi tentang perjuang para pahlawan yang penuh dengan rintangan, namun perjuangan mereka belum selesai.

F. Imajinasi Karya

Apakah gambaran itu tumbuh dari pemikiran atau merupakan sekedar khiasan bagi karya itu?
Gambaran itu tumbuh berdasarkan dari pemikiran pengarang.
Apakah gambaran itu hidup atau buram, samar-samar atau gelap?
Gambaran itu hidup, karena ketika kita membaca puisi Krawang-Bekasi seolah-olah kita berada pada zaman itu.

G. Tehnik Karya

Bentuk yang digunakan sang pengarang yaitu bentuk interprestasi  atau penafsiran atau pemahaman makna puisi.
BAB IV
PENUTUP



A. Kesimpulan

Puisi pada mulanya berawal dari mantera, yang sering digunakan oleh para terdahulu kita. Mantera ini diciptakan untuk sesembahan kepada dewa-dewa, penyembuhan atau pengobatan, penakluk bala, dan lain sebagainya.
Secara etimologis kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya penciptaan. Dalam bahasa Inggris barasal dari poetry yang erat dengan poet dan poem yang artinya mencipta. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986: 4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang artinya membuat atau mencipta.
Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinasi-imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindra, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-campur.

B. Saran

Kami dari kelompok VII menyarankan kepada pembaca agar lebih rajin membaca buku agar lebih mengetahui tentang kritik sastra, karena kalau membaca makalah ini saja itu tidak cukup.
DAFTAR PUSTAKA


Abdurrosyid. 2009. Puisi, pengertian dan unsur-unsurnya. Jakarta: Wordpress
Amin Lahmuddin. 2010. Sejarah Sastra. Kolaka: USN
Amin Lahmuddin. 2011. Seratus Sastrawan Indonesia Pilihan. Kolaka: USN
Tarigan Henry Guntur. 1986. Bahasa dan sastra Indonesia. Bandung: Angkasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar